Jumat, 26 Februari 2010

GOR (GANGGUAN ORIENATASI REALITA )

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gangguan orientasi realita adalah ketidakmampuan individu dalam menilai, berespon pada realita dan ketidakmampuan dalam membedakan rangsangan internal dan eksternal.

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

1. Tugas ini dimaksudkan untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan orientasi realita.

2. Agar pembaca dapat memahami secara mendalam tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan orientasi realita.

3. Agar pembaca dapat merealisasikan terhadap tindakan

1.2.2 Tujuan Khusus

Agar pembaca lebih memahami tentang definisi, klasifikasi, etiologi, manifestasi klinis, diagnosa banding, penatalaksanaan, komplikasi serta asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan orientasi realita

1.3 Manfaat

Manfaat yang dapat kami ambil dari makalah ini adalah kita dapat mengetahui dan lebih mengerti tentang asuhan keperawatan pasien dengan gangguan orientasi realita. Sehingga kita dapat menambah dan pengetahuan kita.

1.4 Rumusan Masalah

1. Definisi

2. Etiologi

3. Faktor predisposisi

4. Faktor precipitasi

5. Manisfetasi klinis

6. Pohon masalah dan diagnosa

7. Strategi pelaksanaan

Jumat, 28 Agustus 2009

PHBS

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG.
Memasuki milenium baru Departemen Kesehatan telah mencanangkan Gerakan
Pembangunan Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat.
Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir atau model pembangunan
kesehatan yang bersifat holistik, melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh
banyak faktor yang bersifat lintas sektor, dan upayanya lebih diarahkan pada
peningkatan, pemeliharaan dan perlindangan kesehatan. Secara makro paradigma
sehat berarti semua sektor memberikan kontribusi positif bagi pengembangan
perilaku dan lingkungan sehat, secara mikro berarti pembangunan kesehatan lebih
menekankan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif
dan rehabilitatif.
Berdasarkan paradigma sehat ditetapkan visi Indonesia Sehat 2010, dimana ada 3
pilar yang perlu mendapat perhatian khusus, yaitu lingkungan sehat, perilaku
sehat dan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Untuk perilaku
sehat bentuk konkritnya yaitu perilaku proaktif memelihara dan meningkatkan
kesehatan. mencegah risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman
penyakit serta berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan.
Dalam mewujudkan visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan misi pembangunan
yaitu menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan. mendorong
kemandirian masyarakat untuk hidup sehat. memelihara dan meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, serta memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyaralat beserta lingkungannya.
Untuk melaksanakan misi pembangunan kesehatan diperlukan promosi kesehatan,
hal ini disebabkan program promosi kesehatan berorientasi pada proses
pemberdayaan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat, melalui
peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatannya. Hal ini sesuai dengan
yang ditekankan dalam paradigma sehat, dan salah satu pilar utama Indonesia Sehat
2010.
Seiring dengan cepatnya perkembangan dalam era globalisasi, serta adanya transisi
demografi dan epidemiologi penyakit, maka masalah penyakit akibat perilaku dan
perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan perilaku dan sosial budaya cenderung
akan semakin kompleks. Perbaikannya tidak hanya dilakukan pada aspek pelayanan
kesehatan, perbaikan pada lingkungan dan merekayasa kependudukan atau faktor
keturunan, tetapi perlu memperhatikan faktor perilaku yang secara teoritis memiliki
andil 30 - 35 % terhadap derajat kesehatan.
Mengingat dampak dari perilaku terhadap derajat kesehatan cukup besar, maka
diperlukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.
Salah satunya melalui program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Program Perilaku hidup Bersih dan Sehat (PHBS) telah diluncurkan sejak tahun 1996
oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, yang sekarang bernama Pusat
Promosi Kesehatan. Sebagai daerah model/laboratoriumnya adalah Kabupaten
Bekasi dan Kabupaten Tangerang, Provinsi Jawa Barat.
Berbagai kegiatan telah dilakukan untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan
program PHBS, mulai dari pelatihan petugas pengelola PHBS tingkat Provinsi,
Kabupaten/Kota sampai dengan Puskesmas, memproduksi dan menyebarkan buku
Panduan Manajemen Penyuluh Kesehatan Masyarakat tingkat Provinsi, Kabupaten,
dan Puskesmas; memproduksi dan menyebarkan buku Pedoman Pembinaan
Program PHBS di tatanan rumah tangga, tatanan tempat umum, tatanan sarana
kesehatan, serta membuat buku saku PHBS untuk petugas puskesmas.
Hasilnya sampai tahun 2001 tenaga kesehatan yang telah terlatih PHBS tingkat
provinsi 100% (30 provinsi), 76% kabupaten/kota, 71.3% puskesmas. Pencapaian
klasifikasi III dan IV (1998) 38.89% tatanan rumah tangga, 50% institusi pendidikan,
33.3% tatanan tempat kerja, 35.3% tatanan tempat umum.
Masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program PHBS adalah kemitraan/
dukungan lintas program/lintas sektor rendah, kemampuan teknis petugas rendah,
mutasi petugas terlatih, alokasi dana terbatas, perubahan struktur organisasi,
Indikator PHBS skala Nasional, indikator PHBS tatanan, pemetaan tatanan sehat,
pemetaan PHBS individu.
Altematif pemecahan adalah melalui kegiatan advokasi kebijakan, koordinasi dan
keterpaduan manajemen, peningkatan kemampuan teknis pelaksana PHBS,
menetapkan indikator PHBS individu skala nasional dan pembobotan, menetapkan
indikator PHBS tatanan, melakukan asistensi, pemetaan tatanan sehat serta PHBS
individu.
Berdasarkan masukan dari lapangan, salah satu altematif pemecahan masalah yang
perlu segera dilaksanakan adalah review buku Panduan Manajemen Penyuluhan
Kesehatan Masyarakat tingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Puskesmas yang
dikeluarkan tahun 1997, karena buku panduan tersebut sudah tidak cocok lagi
digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pada era otonomi daerah. Untuk itu perlu
perbaikan mulai dari pengkajian sampai dengan pemantauan dan penilaian.
Tujuan disusunnya buku panduan ini untuk memberikan gambaran, arahan, acuan
bagi pengelola program PHBS, sehingga dapat melaksanakan tugas pekerjaan yang
terkait dengan pembinaan program PHBS dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat
saling mengisi dan bekerjasama dalam melaksanakan program pembangunan
kesehatan.
B. PENGERTIAN
1. Perilaku Sehat
Adalah pengetahuan, sikap dan tindakan proaktif untuk memelihara dan mencegah
risiko terjadinya penyakit, melindungi diri dari ancaman penyakit, serta berperan aktif
dalam Gerakan Kesehatan Masyarakat.
2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan
PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan
Lingkungan, Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM.
3. Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Adalah upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu
kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka
jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi, untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku, melalui pendekatan pimpinan (Advokasi), bina
suasana (Social Support) dan pemberdayaan masyarakat (Empowerment). Dengan
demikian masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalahnya sendiri, terutama
dalam tatanan masing-masing, dan masyarakat/dapat menerapkan cara-cara hidup
sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
4. Tatanan
Adalah tempat dimana sekumpulan orang hidup, bekerja, bermain, berinteraksi dan
lain-lain. Dalam hal ini ada 5 tatanan PHBS yaitu Rumah Tangga, Sekolah, Tempat
Kerja, Sarana Kesehatan dan Tempat Tempat Umum.
5. Kabupaten Sehat/Kota Sehat
Adalah kesatuan wilayah administrasi pemerintah terdiri dari desa-desa, kelurahan.
kecamatan yang secara terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk hidup sehat dengan prasarana wilayah yang memadai, dukungan
kehidupan sosial, serta perubahan perilaku menuju masyarakat aman, nyaman dan
sehat secara mandiri.
6. Manajemen PHBS
Adalah pengelolaan PHBS yang dilaksanakan melalui 4 tahap kegiatan. yaitu 1).
Pengkajian, 2). Perencanaan, 3). penggerakkan pelaksanaan, 4). pemantauan dan
penilaian.
BAB II
MANAJEMEN PROGRAM PHBS
A. Kerangka Konsep
Untuk mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditiap tatanan;
diperlukan pengelolaan manajemen program PHBS melalui tahap pengkajian,
perencanaan, penggerakan pelaksanaan sampai dengan pemantauan dan
penilaian. Selanjutnya kembali lagi ke proses semula. Untuk lebih jelasnya
digambarkan dalam bagan berikut ini :
Pengkajian
PROMOSI
KESEHATAN
Penindaklanjutan
Selanjutnya dalam program promosi kesehatan dikenal adanya model pengkajian
dan penindaklanjutan (precede proceed model) yang diadaptasi dari konsep L W
Green:
Model ini mengkaji masalah perilaku manusia dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya, serta cara menindaklanjutinya dengan berusaha mengubah,
memelihara atau meningkatkan perilaku tersebut kearah yang lebih positif. Proses
pengkajian mengikuti anak panah dari kanan ke kiri, sedang proses penindaklanjutan
dilakukan dari kiri ke kanan. Dengan demikian manajemen PHBS adalah penerapan
keempat proses manajemen pada umumnya ke dalam model pengkajian dan
penindaklanjutan.
?? Kualitas hidup adalah sasaran utama yang ingin dicapai di bidang
Pembangunan sehingga kualitas hidup ini sejalan dengan tingkat sesejahteraan.
Diharapkan semakin sejahtera maka kualitas hidup semakin tinggi. kualitas hidup
Pemantauan
Penilaian
Pengkajian
Perencanaan
Penggerakan
Pelaksanaan
PENYULUHAN
KESEHATAN
?? KEBIJAKAN
??PERATURAN
?? ORGANISASI
FAKTOR
PEMUNGKIN
FAKTOR
PEMUDAH
FAKTOR
PENGUAT
FAKTOR
LINGKUNGAN
DERAJAT
KESEHATAN
FAKTOR
PERILAKU
DAN GAYA
HIDUP
KUALITAS
HIDUP
ini salah satunya dipengaruhi oleh derajat kesehatan. Semakin tinggi derajat
kesehatan seseorang maka kualitas hidup juga semakin tinggi.
?? Derajat kesehatan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam bidang kesehatan,
dengan adanya derajat kesehatan akan tergambarkan masalah kesehatan yang
sedang dihadapi. Yang paling besar pengaruhnya terhadap derajat kesehatan
seseorang adalah faktor perilaku dan faktor lingkungan. Contoh seseorang
menderita diare karena minum air yang tidak dimasak (masalah perilaku),
seseorang menderita kanker paru padahal orang itu tidak merokok tetapi
kehidupannya tidak lepas dari lingkungan kerja yang merokok (masalah
lingkungan).
?? Faktor lingkungan adalah faktor fisik, biologis dan sosial budaya yang
langsung/tidak mempengaruhi derajat kesehatan.
?? Faktor perilaku dan gaga hidup adalah suatu faktor yang timbul karena adanva
aksi dan reaksi seseorang atau organisme terhadap lingk-umgannya. Faktor
perilaku akan terjadi apabila ada rangsangan, sedangkan gaga hidup merupakan
pola kebiasaan seseorang atau sekelompok orang yang dilakukan karena jenis
pekerjaannya mengikuti trend yang berlaku dalam kelompok sebayanya, ataupun
hanya untuk meniru dari tokoh idolanya. Contoh seseorang yang mengidolakan
aktor atau artis yang tidak merokok.
Dengan demikian suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku
tertentu. Ada 3 faktor penyebab mengapa seseorang melakukan perilaku tertentu
yaitu faktor pemungkin, faktor pemudah dan faktor penguat.
?? Faktor pemungkin adalah faktor pemicu terhadap perilaku yang memungkinkan
suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Ternasuk didalamnya keterampilan
petugas kesehatan, ketersediaan sumber daya dan komitmen masyarakat atau
pemerintah terhadap kesehatan. Contoh petugas penyuluhan menyarankan agar
masyarakat dapat mengkonsumsi tempe, karena selain murah juga mengandung
gizi yang tinggi. Tetapi karena di daerah tersebut tidak ada produsen tempe,
maka hal tersebut tidak dapat diterapkan.
?? Faktor pemudah adalah faktor pemicu atau anteseden terhadap perilaku yang
menjadi dasar atau motivasi bagi perilaku. Misalnya pengetahuan, sikap,
keyakinan dan nilai yang dimiliki oleh seseorang. Contoh seseorang tidak
merokok karena mereka yakin bahwa rokok dapat membahayakan kesehatan.
?? Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Faktor ini terwujud dalam bentuk sikap dan
perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok
yang dipercaya oleh masyarakat. Contoh petugas kesehatan memberikan
keteladanan dengan melakukan cuci tangan sebelum makan, atau selalu minum
air yang sudah dimasak.
Ketiga faktor penyebab tersebut di atas dipengaruhi oleh faktor penyuluhan dan
faktor kebijakan. peraturan serta organisasi. Semua faktor faktor tersebut
merupakan ruang lingkup promosi kesehatan.
?? Faktor lingkungan adalah segala faktor bail: fisik. biologis maupun sosial
budaya yang langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi derajat
kesehatan.
Promosi kesehatan adalah -proses memandirikan masyarakat agar dal memelihara
dan meningkatkan kesehatannya (Ottawa Charter 1986).Prom kesehatan lebih
menekankan pada lingkungan untuk terjadinya perubahan perilaku. Contohnya
masyarakat dihimbau untuk membuang sampah di tempatnya, selanjutnya diterbitkan
peraturan dilarang membuang sampah sembarangan. Himbauan dan peraturan tidak
akan berjalan, apabila tidak diikuti dengan penyediaan fasilitas tempat sampah yang
memadai.
Demikian penjelasan singkat mengenai precede proceed model yang dikaitkan
dengan program PHBS. Selanjutnya sebelum melaksanakan langkah-langkah
manajemen PHBS, terlebih dahulu dilakukan kegiatan persiapan yang meliputi :
1. Persiapan sumber daya manusia, tujuannya untuk meningkatkan pemahaman
dan komitmen pengelola program Promkes, bentuk kegiatanya yaitu :
a. Pemantapan program PHBS bagi pengelola program Promkes (internal)
b. Sosialisasi dan advokasi kepada para pengambil keputusan
c. Pertemuan lintas program dan pertemuan lintas sektor
d. Pelatihan PHBS
e. Lokakarya PHBS
f. Pertemuan koordinasi dengan memanfaatkan forum yang sudah benjalan
baik resmi maupun tidak resmi.
2. Persiapan teknis dan administratif, tujuannya untuk mengidentifikasi
kebutuhan sarana baik jumlah, jenis maupun sumbernya serta dana yang,
diperlukan.
Persiapan administrasi, dilakukan melalui :
a. Surat menyurat, membuat surat undangan, dll.
b. Penyediaan ATK, transportasi, AVA, dana, dll.
c. Pencatatan dan pelaporan.
d. Pemantauan.
B. Tahap Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah untuk mempelajari, menganalisis dan merumuskan
masalah perilaku yang berkaitan dengan PHBS. Kegiatan pengkajian meliputi
pengkajian PHBS secara kuantitatif, pengkajian PHBS secara kualitatif dan
pengkajian sumber daya (dana, sarana dan tenaga)
1. Pengkajian masalah PHBS secara kuantitatif. Langkah-langkah kegiatan
sebagai berikut :
a. Pengumpulan Data Sekunder
Kegiatan ini meliputi data perilaku dan bukan perilaku yang berkaitan
dengan 5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, gaya
hidup, dan JPKM dan data lainnya sesuai dengan kebutuhan daerah.
Data tersebut dapat dipefoleh dari Puskesmas, Rumah Sakit dan sarana
pelayanan kesehatan lainnya. Data yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif sebagai informasi pendukung untuk memperkuat permasalahan
PHBS yang ditemukan di lapangan. Selanjutnya dibuat simpulan hasil
analisis data sekunder tersebut.
Hasil yang diharapkan pada tahap pengkajian ini adalah :
?? Teridentifikasinya masalah perilaku kesehatan di wilayah tertentu
?? Dikembangkannya pemetaan PHBS pertatanan
?? Teridentifikasinya masalah lain yang berkaitan (masalah kesehatan,
faktor penyebab perilaku, masalah pelaksanaan dan sumber daya
penyuluhan, masalah kebijakan, administrasi, organisasi.
?? Dan lain-lain.
b. Cara Pengambilan Sampel PHBS Tatanan Rumah Tangga
Dalam melaksanakan pengumpulan data perilaku sehat di tatanan
rnunah tangaa secara keseluruhan terlalu berat untuk dilaksanakan, hal
ini disebabkan karena keterbatasan dana, waktu dan sumber daya yang
ada. Untuk mengatasi hal tersebut perlu diambil sampel yang dapat
mewakili populasi.
Metoda Pengambilan sampel perilaku sehat di tatanan nunah tangga
adalah dengan rapid survai atau survai cepat (terlampir).
Sedangkan untuk tatanan lainnya dapat dilakukan keseluruh populasi.
Benkut ini cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga di tingkat
kabupaten/kota.
Untuk menbaukur masalah PHBS di tatanan rumah tangga, maka jumlah
sampel harus mencukupi. Perhitungan sampel sederhana yang
direkomendasikan WHO yaitu :
30 x 7 = 210 rumah tangga (30 kluster dan 7 rumah tangga per kluster).
Di tingkat kabupaten/kota kluster dapat disetarakan dengan kelurahan
atau desa. Ada 2 tahapan kluster yang digunakan untuk tatanan rumah
tangga, tahap pertama dapat dipilih sejumlah kluster (kelurahan /desa),
tahap kedua ditentukan rumah tangganya.
Langkah-langkah cara pengambilan sampel tatanan rumah tangga
??Langkah 1 : List kecamatan yang ada di wilayah Kabupaten
??Langkah 2 : Tulis jumlah desa yang berada pada masing-
masing kecamatan
??Langkah 3 : Beri nomor urut desa mulai no 1 sampai terakhir
??Langkah 4 : Hitung interval desa dengan cara total desa / 30
= X
??Langkah 5 : Tentukan nomor Muster pertama desa. dengan
mengundi nomor unit desa. selanj utnya desa
kedua dapat ditentukan dengan menambahkan
interval. Demikian seterusnya hingga diperoleh 30
kluster.
??Langkah 6 : Dan desa yang terpilih diambil secara acak 7
rumah tangga.
c. Analisis dan Pemetaan PHBS
Berdasarkan hasil pendataan, data tersebut diolah dan dianalisis dengan
cara manual atau dengan menggunakan program EPI INFO. Selanjutnya
dapat dibuat pemetaan nilai IPKS (Indeks Potensi Keluarga Sehat) dan
nilai PHBS sehat I, sehat II. sehat III dan sehat IV. Berdasarkan hasil
pemetaan, diharapkan semua masalah PHBS dapat diintervensi dengan
tepat dan terarah.
Pemetaan ini berguna sebagai potret untuk mengetahui permasalahan
yang ada di masyarakat dan memotivasi pengelola program untuk
meningkatkan klasifikasi PHBS. Diharapkan masyarakat yang
bersangkutan, lintas sektor. LSM peduli kesehatan, swasta khususnya
Pemda kabupaten / kota dan TP PKK mempunyai komitmen untuk
mendukung PHBS.
Berdasarkan kajian perilaku dan pemetaan wilayah, maka dihasilkan
Pemetaan PHBS, ditentukan prioritas masalah perilaku kesehatan, dan
ditentukan alternatif intervensi penyuluhan.
d. Menentukan Prioritas Masalah
Berdasarkan rumusan masalah yang ada kemudian dilakukan analisis
yang akan menjadi dasar pembuatan rencana intervensi. Caranya
dengan memberikan jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan dibawah
ini :
?? Dari masalah yang ada mana yang dapat dipecahkan dengan mudah
?
?? Mengapa terjadi demikian ?
?? Bagaimana penanggulangannya ?
?? Apa-rencana tindakannya ?
?? Berapa sumber dana yang tersedia ?
?? Siapa yang mengerjakan ?
?? Berapa lama mengerjakannya ?
?? Bagaimanakah jadwal kegiatan pelaksanaannya ?
Selanjutnya dilakukan strategi komunikasi PHBS, yang meliputi antara
lain pesan dan media yang akan dikembangkan, metode apa saja yang
digunakan. pelatihan yang perlu dilaksanakan dan menginventarisasi
sektor mana saja yang dapat mendukung PHBS.
2. Pengkajian PHBS secara kualitatif
Setelah ditentukan prioritas masalah perilaku, selanjutnya dilakukan
pengkajian kualitatif Tujuannya untuk memperoleh informasi yang lebih
mendalam tentang kebiasaan, kepercayaan, sikap, norma, budaya
perilaku masyarakat yang tidak terungkap dalam kajian kuantitatif PHBS.
Ada dua metoda untuk melakukan pengkajian PHBS secara kualitatif,
yaitu:
a. Diskusi Kelompok Terarah (DKT).
b. Wawancara Perorangan Mendalam (WPM).
Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut :
a. DISKUSI KELOMPOK TERARAH (DKT)
Adalah diskusi informal bersama 6 s/d 10 orang, tujuannya untuk
mengungkapkan infonnasi yang lebih mendalam tentang masalah
perilaku PHBS.
Dalam DKT :
?? Diperlukan seorang pemandu yang terampil mendorong orang untuk
saling bicara dan memperoleh pemahaman tentang perasaan dan
pikiran peserta yang hadir terhadap masalah tertentu.
?? Melibatkan dan memberikan kebebasan peserta untuk
mengungkapkan pendapat dan perasaannya.
?? Memperoleh informasi tentang nilai-nilai kepercayaan dan perilaku
seseorang yang mungkin tidak terungkap melalui wawancara biasa.
b. WAWANCARA PERORANGAN MENDALAM (WPM)
Adalah wawanncara antara pewancara yang trampil dengan
perorangan selaku sumber informasi kunci, melalui serangkaian
tanyajavvab (dialog) yang bersifat terbuka dan mendalam. Dalam
WPM :
?? Pewawancara adalah seorang yang terampil dalam menggali
informasi secara mendalam tentang perasaan dan pikiran
tentang masalah tertentu.
?? Sumber informasi kunci adalah peserta wawancara yang
dianggap mampu dan dipandang menguasai informasi tentang
masalah tertentu.
?? Tanya jawab dilakukan secara terbuka dan mendalam
3. Pengkajian sumber daya (dana, tenaga dan sarana)
Pengkajian sumber daya dilakukan mark mendukung pelaksanaan
program PHBS, bentuk kegiatannya :
a. Kajian tenaga pelaksana PHBS, secara kuantitas (jumlah) dan
pelatihan yang pernah diikuti oleh lintas program maupun lintas
sektor.
b. Penjajagan dana yang tersedia di lintas program dan lintas sektoral
dalam jurnlah dan sumbernya.
c. Penjajagan jenis media dan sarana yang dibutuhkan dalam jumlah
dan sumbernya.
C. Tahap Perencanaan.
Penyusunan rencana kegiatan PHBS gunanya untuk menentukan tujuan, dan
strategi komunikasi PHBS Adapun langkah-langkah perencanaan sebagai
berikut:
1. MenentukanTujuan
Berdasarkan kegiatan pengkaj ian PHB S dapat ditentukan klasifikasi PHBS
wilayah maupun klasifikasi PHBS tatanan, maka dapat ditentukan masalah
perilaku kesehatan masyarakat di tiap tatanan dan wilayah. Selanjutnya.
berdasarkan masalah perilaku kesehatan dan hash pengkajian sumber daya
PKM. ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk mengatasi masalah PHB S
yang ditemukan.
Contoh hasil pengkajian PHBS secara kuantitatifditemukan masalah merokok
pada tatanan rumah tangga, maka ditentukan tujuannya.
Tujuan Umum : Menurunkan prosentase keluarga yang tidak merokok
selama satu tahun.
Tujuan Khusus : Menunuikan prosentase tatanan rumah tangga yang
merokok. dari 40% menjadi 20%.
2. Menentukan jenis kegiatan intervensi
Setelah ditentukan tujuan, selanjutnya ditentukan jenis kegiatan Intervensi
yang akan dilakukan. Caranya adalah dengan mengembangkan berbagai
alternatif intervensi, kemudian dipilih intervensi mana yang bisa dilakukan.
dengan dikaitkan pada ketersediaan sumber daya.
Penentuan kegiatan intervensi terpilih didasarkan pada :
?? Prioritas masalah PHBS, yaitu dengan memilih topik penyuluhan yang
sesuai dengan urutan masalah PHBS.
?? Wilayah garapan, yaitu mengutamakan wilayah yang mempunyai PHBS
hasil kajian rendah.
?? Penentuan tatanan yang akan diintervensi , yaitu menentukan tatanan
yang akan digarap, baik secara menyeluruh atau sebatas pada tatanan
tertentu. Kemudian secara bertahap dikembangkan ke tatanan lain
?? Penentuan satu jenis sasaran untuk tiap tatanan, yaitu
mengembangkan PHBS pada tiap tatanan, tetapi hanya satu jenis
sasaran untuk tiap tatanan. Misalnya, satu unit tatanan sekolah. satu unit
pasar untuk tatanan tempat umum, satu unit industri rumah tangga untuk
tatanan tempat kerja. Rumusan rencana kegiatan intervensi terpilih pada
intinya menipakan operasionalisasi strategi PHBS, yaitu :
?? Advokasi. kegiatan pendekatan pada para tokoh / pimpinan vNilavah.
?? Bina Suasana. kegiatan mempersiapkan kerjasama lintas pro Gram.
limas sektor. organisasi kemasyarakatan. LSM. dunia usaha. swasta dll.
?? Gerakan masyarakat. kegiatan mempersiapkan dan menggerakkan
sumber daya. mulai mempersiapkan petugas. pengadaan media dan
sarana.
Kegiatan ini secara komprehensif harus ada dalam perencanaan, namun
untuk menentukan kegiatan apa yang lebih besar daya ungkitnya ditentukan
dari hasil pengkajian.
?? Contoh, dari hasil pengkaj ian diperoleh data bahwa masih banyak
keluarga yang membuang sampah sembarangan. Setelah dilakukan
analisis data kualitatif melalui FGD ternyata penyebabnya adalah tidak
adanya tempat sampah. Pada situasi ini kegiatan yang bernuansa bina
suasana akan lebih banyak porsinya dibanding dengan kegiatan lainnya,
,
?? Contoh lain, dari hasil pengkaj ian diperoleh data bahwa masih banyak
keluarga yang tidak memeriksakan kehamilannya. Setelah dilakukari
analisis kualitatif, diperoleh kesimpulan bahwa mereka tidak mengerti
manfaat pemeriksaan kehamilan. Kondisi seperti ini kegiatan gerakan
masyarakat akan lebih banyak dilakukan dibanding kegiatan lainnya.
Serangkaian altematif lain yang dapat dikembangkan berdasarkan hasil pengkajian
PHBS adalah :
-
Rancangan intervensi penyuluhan massa dan kelompok
Penyuhrhan massa dilakukan dengan topik umum, yaitu PHBS yang secara
keseluruhan merupakan masalah di wilayah kerj a tersebut.
Penyuluhan kelompok dilakukan untuk mengatasi masalah PHBS yang lokal
sifatnya
-
Rancangan intenvensi penyuluhan terpadu lintas program/sektor
Pemetaan wilayah menghasilkan rumusan masalah PHBS antar wilayah, sehingga
bisa dirancang " Paket Penyuluhan Terpadu " di vvilayah tersebut Misal : di desa A
terdapat 3 masalah utama. yaitu JPKM. Air bersih dan KIA/KB . maka dapat
dilakukan penyuluhan terpadu yang berisi 3 hal tersebut.
Disini petugas kesehatan berfungsi sebagai penggerak lintas prograpi dan lintas
sektor. untuk selanjutnya bersama-sama melaksanakan penyuluhan diwilayah
tersebut.
D. Tahap Perencanaan.
1. Advokasi (Pendekatan pada para pengambil keputusan)
Ditingkat keluarga/rumah tangga, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/ bapak/suami, ibu, kakek, nenek. Tuiuannya agar para pengambil
keputusan di tingkat keluarga/nunah tangga dapat meneladani dalam berperilaku
sehat. memberikan dukungan, kemudahan, pengayoman dan bimbingan kepada
anggota keluarga dan lingkungan disekitarnya.
Ditingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada para pimpinan atau pengambil
keputusan, seperti Kepala Puskesmas, pejabat di tingkat kabupaten/kota, yang
secara fungsional maupun struktural pembina program kesehatan di wilayahnya.
Tujuannya adalah agar para pimpinan atau pengambil keputusan mengupayakan
kebijakan, program atau peraturan yang berorientasi sehat, seperti adanya peraturan
tertulis, dukungan dana, komitmen, termasuk memberikan keteladanan.
Langkah-langkah Advokasi
?? Tentukan sasaran yang akan diadvokasi, baik sasaran primer, sekunder atau
tersier
?? Siapkan informasi data kesehatan yang menyangkut PHBS di 5 tatanan.
?? Tentukan kesepakatan dimana dan kapan dilakukan advokasi.
?? Lakukan advokasi dengan cara yang menarik dengan menggunakan teknik dan
metoda yang tepat.
?? Simpulkan dan sepakati hasil advokasi.
?? Buat ringkasan eksekutif dan sebarluaskan kepada sasaran.
2. Mengembangkan Dukungan Suaana
Di tingkat keluarga/RT, strategi ini ditujukan kepada para kepala
keluarga/suami/bapaL ibu. kakek. nenek. dan lain-lain.Tujuannva adalah agar
kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang mendukung
dilaksahakannva PHBS di lingkungan keluarga. Caranya antara lain melalui anjuran
untuk selalu datang ke Posyandu mengingatkan anggota keluarga untuk tidak
merokok di dekat ibu hamil dan balita.
Di tingkat petugas, strategi ini ditujukan kepada kelompok sasar sekunder, seperti
petugas kesehatan, kader, lintas sektor, lintas progra Lembaga Swadaya
Masyarakat, yang peduli kesehatan, para pembuat op dan media masa. Tujuannya
adalah agar kelompok ini dapat mengembangkan atau menciptakan suasana yang
mendukung dilaksanakannya PHBS.
Caranya antara lain melalui penyuluhan kelompok, lokakarya, semin studi banding,
pelatihan, dsb.
Langkah-langkah Pengembangan Dukungan Suasana :
?? Menganalisis dan mendesain metode dan teknik kegiatan dukungan suasana,
seperti : demonstrasi, pelatihan, sosialisasi, orientasi.
?? Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada tiap tatanan
dalam bentuk adanya komitmen, dan dukungan sumber daya.
?? Mengembangkan metoda dan teknik dan media yang telah diuji coba dan
disempurnakan.
?? Membuat format penilaian dan menilai hasil kegiatan.
3. Gerakan Masyarakat.
Di tingkat keluarga/Rt, strategi ini ditujukan kepada anggota keluar seperti bapak, ibu
yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk lingkungannya dengan cara menjadi
kader posyandu, aktif di LSM peduli kesehatan dll. Tujuannya agar kelompok sasaran
meningkat pengetahuannya kesadaran maupun kemampuannya, sehingga dapat
berperilaku sehat Caranya dengan penyuluhan perorangan. kelompok, membuat
gerak Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Ditingkat petugas strateai ini ditujuk kepada
sasaran primer. meliputi pimpinan puskesmas. kepala din kesehatan, pemuka
masyarakat. Tujuannya meningkatkan motivasipetuq untuk membantu masyarakat
untuk menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan Caranva antara lain melalui
penyuluhan kelompok, lokakarya, seminar, studi banding, pelatihan, dll.
Langkah-langkah kegiatan gerakan masyarakat
1. Peningkatan pengetahuan masyarakat melalui berbagai kegiat pembinaan.
2. Menganalisis dan mendisain metode dan teknik kegiatan pemberdaya seperti
pelatihan, pengembangan media komunikasi untuk penyuluh individu, kelompok
dan massa, lomba, sarasehan dan lokakarya.
3. Mengupayakan dukungan pimpinan, program, sektor terkait pada ti tatanan
dalam bentuk komitmen dan sumber daya.
4. Mengembanakan metoda dan teknik dan media yang telah diujicoba d
disempurnakan.
5. Membuat format pen] laian dan menilai hasil kegiatan bersama-sama deng; lintas
program dan lintas sektor pada tatanan terkait.
6. Menyusun laporan serta menyajikannya dalam bentuk tertulis (ringkasan,
eksekutif).
Berdasarkan uraian tersebut, maka yang perlu dilakukan dalam penggerak;
pelaksanaan adalah menerapkan AIC, yaitu :
A (Apreciation) : penghargaan kepada para pelaksana kegiatan.
I (Involvement) : keterlibatan para pelaksana dalam tugasnya.
C (Commitment) : kesepakatan para pelaksana untuk melaksanakan, tugasnya.
Hasil yang dicapai dalam tahap penggerakan pelaksanaan adalah adanya kegiatan
yang dilaksanakan sesuai rencana, khususnya dalam :
?? Penyuluhan perorangan, kelompok dan masyarakat
?? Kegiatan pengembangan kemitraan dengan program dan sektot terkait serta
dunia usaha.
?? Kegiatan pendekatan kepada pimpinan/pengambil keputusan Kegiatan
pembinaan, bimbingan dan supervisi.
?? Mengembangkan daerah kajian atau daerah binaan.
?? Melaksanakan pelatihan, baik untuk petugas kesehatan, lintas sektor. organisasi
kemasyarakatan dan kelompok profesi.
?? Mengembangkan pesan dan media spesifik.
?? Melaksanakan uji coba media dll.
E. Tahap Pemantauan dan Penilaian
1. Pemantauan.
Untuk mengetahui program PHBS telah berjalan dan memberikan hasil atau dampak
seperti yang diharapkan, maka perlu dilakukan pemantauan.
Waktu pemantauan dapat dilakukan secara berkala atau pada pertemuan bulanan,
topik bahasannya adalah kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan dikaitkan
dengan jadwal kegiatan yang telah disepakati bersama. Selanjutnya kendala-kendala
yang muncul perlu dibahas dan dicari solusinya.
Cara pemantauan dapat dilaksanakan dengan melakukan kunjungan lapangan ke
tiap tatanan atau dengan melihat buku kegiatan/laporan kegiatan intervensi
penyuluhan PHBS.
2. Penilaian
Penilaian dilakukan dengan menggunakan instrumen yang sudah dirancang sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai. Penilaian dilaksanakan oleh pengelola PHBS lintas
program dan lintas sektor. Penilaian PHBS meliputi masukan, proses dan luaran
kegiatan. Misalnya jumlah tenaga terlatih PHBS media yang telah dikembangkan,
frekuensi dan cakupan penyuluhan.
Waktu penilaian dapat dilakukan pada setiap tahun atau setiap dua tahun Caranya
dengan membandingkan data dasar PHBS dibandingkan dengan data PHBS hasil
evaluasi selanjutnya menilai kecenderungan masing-masing indikator apakah
mengalami peningkatan atau penurunan, mengkaji penyebab masalah dan
melakukan pemecahannya, kemudian merencanakan intervensi berdasarkan data
hasil evaluasi PHBS.
Contoh di Kabupaten Pariaman data perilaku tidak merokok tahun 2001 menunjukan
44,2% sedangkan tahun 2002 ada peningkatan sebesar 73,6 %
Cara melakukan penilaian melalui :
?? Pengkajian ulang tentang PHBS
?? Menganalisis data PHBS oleh kader/koordinator PHBS
?? Melakukan analisis laporan rutin di Dinas Kesehatan kabupaten/kota (SP2TP)
?? Observasi. wawancara mendalam. diskusi kelompok terarah kepada petugas,
kader dan keluarga.
Hasil yang dicapai pada tahap pemantauan dan penilaian adalah :
1. Pelaksanaan program PHBS sesuai rencana
2. Adanya pembinaan untuk mencegah terjadinya penyimpangan
3. Adanya upaya jalan keluar apabila terjadi kemacetan/hambatan
4. Adanya peningkatan program PHBS
BAB III
INDIKATOR PERILAKU HIDUP BERSIH dan SEHAT
(PHBS)
A. Pengertian Indikator
Indikator diperlukan untuk menilai apakah aktifitas pokok yang dijalankan telah sesuai
dengan rencana dan menghasilkan dampak yang diharapkan. Dengan demikian
indikator merupakan suatu alat ukur untuk menunjukkan suatu keadaan atau
kecenderungan keadaan dari suatu hal yang menjadi pokok perhatian.
B. Persyaratan Indikator
Indikator harus memenuhi persyaratan antara lain :
1. Sahih (solid). dapat mengukur sesuatu yang sebenarnya dapat diukur oleh
indikator tersebut.
2. Obyektif, harus memberikan hasil yang sama, walaupun dipakai oleh orang yang
berbeda dan pada waktu yang berbeda.
3. Sensitif, dapat mengukur perubahan sekecil apapun.
4. Spesifik, dapat mengukur perubahan situasi dimaksud.
C. Sifat indikator
1. Tunggal (indikator tunggal) yang isinya terdiri dari satu indikator. Misal : Angka
Kematian Bayi (AKB).
2. Jamak (indikator komposit). yang merupakan gabungan dari beberapa indikator.
Misal : Indek Mutu Hidup (IMH) yang merupakan gabungan dari 3 indikator. yaitu
melek huruf. Angka Kematian Bayi (AKB) dan angka harapan hidup anak usia 1
tahun.
D. Jenis-jenis indikator
Jenis indikator ada 3, yaitu indikator input, indikator proses dan indikator
output/outcome. Apabila diuraikan sebagai berikut :
Indikator Input
Yaitu indikator yang berkaitan dengan penunjang pelaksanaan program dan turut
menentukan keberhasilan program.
Seperti : tersedia air bersih, tersedia jamban yang bersih, tersedia tempat sampah,dll.
Indikator Proses
Yaitu indikator yang menggambarkan bagaimana proses kegiatan/program berjalan
atau tidak.
Seperti: terpelihara tempat penampungan air, tersedia alat pembersih jamban,
digunakan dan dipeliharanya tempat sampah dan lain-lain.
Indikator output/outcome
Yaitu indikator yang menggambarkan bagaimana hasil output suatu program
kegiatan telah berjalan atau tidak.
Seperti : Digunakannya air bersih, digunakannya jamban, di halaman dan di dalam
ruangan dalam keadaan bersih dll.
Ukuran-ukuran yang sering digunakan sebagai indikator adalah angka absolut,
rasio, proporsi, angka/tingkat. Yang perlu diingat suatu indikator tidak selalu
menjelaskan keadaan secara keseluruhan, tetapi kadang-kadang hanya memberi
petunjuk (indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan
(proxy).
E. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Mengacu pada pengertian perilaku sehat, indikator ditetapkan berdasarkan area /
w-ilayah
1. Indikator Nasional
Ditetapkan 3 indikator, yaitu:
a. Persentase penduduk tidak merokok.
b. Persentase penduduk yang memakan sayur-sayuran dan buah-buahan.
c. Persentase penduduk melakukan aktifitas fisik/olah raga.
Alasan dipilihnya ke tiga indikator tersebut berdasarkan issue global dan regional
(Mega Country Health Promotion Network. Healthy Asean Life Styles), seperti
merokok telah menj adi issue global, karena selain mengakibatkan penyakit seperti
jantung, kankerparu-paru juga disinyalir menjadi entry point untuk narkoba.
Pola makan yang buruk akan berakibat buruk pada semua golongan umur, bila
terjadi pada usia balita akan menj adikan generasi yang lemah/generasi yang hilang
dikemudian hari. Demikian juga bila terjadi pada ibu hamil akan melahirkan bayi yang
kurang sehat, bagi usia produktif akan mengakibatkan produktifitas menurun.Kurang
aktifitas fisik dan olah raga mengakibatkan metabolisme tubuh terganggu, apabila
berlangsung lama akan menyebabkan berbagal penyakit, seperti jantung, paru-paru,
dan lain-lain.
2. Indikator Lokal Spesifik
Yaitu indikator nasional ditambah indikator lokal spesifik masingmasing daerah
sesuai dengan situasi dan kondisi daerah.
Ada 16 indikator yang dapat digunakan uttuk rnengukur perilaku sehat sebagai
berikut :
1. lbu hamil memeriksakan kehamilannya.
2. Ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan.
3. Pasangan usia subur (PUS ) memakai alat KB.
4. Balita ditimbang.
5. Penduduk sarapan pagi sebelum melakukan aktifitas.
6. Bayi di imunisasi lengkap.
7. Penduduk minum air bersih yang masak.
8. Penduduk mengaiuiakan jamban sehat.
9. Penduduk mencuci tangan pakai sabun.
10. Penduduk menggosok gigi sebelum tidur.
11. Penduduk tidak menggunakan napza.
12. Penduduk mempunyai Askes/ tabungan/ uang/ emas.
13 . Penduduk wamta memeriksakan kesehatan secara berkala den, SADARI
(Pemeriksaan Payudara Sendiri).
14. Penduduk memeriksakan kesehatan secara berkala un mengukur hipertensi.
15. Penduduk wanita memeriksakan kesehatan secara berkala dengan Pap Smear.
16. Perilaku seksual dan indikator lain yang diperlukan sesuai prioritas masalah
kesehatan yang ada didaerah.
3. Indikator PHBS di tiap tatanan
Indikator tatanan sehat terdiri dari indikator perilaku dan indik, lingkungan di lima
tatanan, yaitu tatanan rumah tangga, tatanan terr kerja, tatanan tempat umum,
tatanan Sekolah, tatanan sarana kesehatan.
1. Indikator tatanan rumah tangga :
a. Perilaku :
1. Tidak merokok
2. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
3. Imunisasi
4. Penimbangan balita
5. Gizi Keluarga/sarapan
6. Kepesertaan Askes/JPKM
7. Mencuci tangan pakai sabun
8. Menggosok gigi sebelum tidur
9. Olah Raga teratur
b. Lingkungan :
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3 . Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Kepadatan
7. Lantai
2. Indikator tatanan tempat kerja :
a. Perilaku
1. Menggunakan alat pelindung
2. Tidak merokok/ada kebijakan dilarang merokok
3 . Olah Raga teratur
4. Bebas Napza
5. Kebersihan
6. Ada Asuransi Kesehatan
b. Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Pencahavaan
7. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
8. Ada kantin
9. Terbebas dari bahan berbahaya
10. Ada klinik
3. Indikator tatanan tempat umum
a. Perilaku
1. Kebersihan jamban
2 . Kebersihan lingkungan
b. Lingkungan
1. Ada jamban
2. Ada air bersih
3 . Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ada K3 (Kesehatan Keselamatan Kerja)
4. Indikator Tatanan Sekolah :
a. Perilaku
1. Kebersihan pribadi
2. Tidak merokok
3. Olah raga teratur
4. TidakmenggunakanNAPZA
b. Lingkungan
I. Ada jamban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ventilasi
6. Kepadatan
7. Ada warung sehat
8. Ada UKS
9. Ada taman sekolah
5. Indikator tatanan sarana kesehatan
a. Perilaku
I. Tidak merokok
2. Kebersihan lingkungan
3. Kebersihan kamar mandi
b. Lingkungan
1. Ada j amban
2. Ada air bersih
3. Ada tempat sampah
4. Ada SPAL
5. Ada IPAL (RS)
6. Ventilasi
7. Tempat cuci tangan
8. Ada pencegahan serangga
F. Cara memperoleh data PHBS
Ada beberapa indikator perilaku sehat yang dapat diperoleh dengan cara
1. Menggunakan sumber data yang sudah tersedia seperti
?? SUSENAS (Survai Sosial Ekonomi Nasional)
?? SDKI (Survai Demografi dan Kesehatan Indonesia)
?? SAKERTI (Survai Kehidupan Rumah Tangga Indonesia)
?? SURKESNAS (Survai Kesehatan Nasional)
?? SEM (Studi Evaluasi Manfaat), dll.
Sampel data tersebut di ambil sampai dengan tingkat Kabupaten/Kota saja. Oleh
karena itu, daerah dapat mengembangkan survai cepat PHBS dari tingkat
kabupaten/kota sampai tingkat desa dengan metode sampel WHO yaitu 210
KK/kabupaten/kota, sehingga tingkat akurasi dan penajaman permasalahan dapat
diperoleh.
2. Mengembangkan survai khusus, apabila ingin memperoleh data yang khusus
seperti survai PBHS balk kuantitatif maupun kualitatif sesuai perilaku lainnya.
3. Menggunakan laporan yang sudah ada.
BAB IV
PENUTUP
1. Panduan Manajemen PHBS menuju Kabupaten/Kota sehat disusun berdasarkan
antara lain adanya perkembangan indikator dan cara pengambilan sampel. Oleh
karena itu dalam pelaksanaan di lapangan, panduan ini dapat disesuaikan dan
dikembangkan berdasarkan permasalahan dan keadaan daerah.
2. Selanjutnya para pengguna panduan ini diharapkan mempunyai pemahaman
yang mendalam, motivasi yang kuat, dan kreativitas yang tinggi untuk
mempraktekkan program PHBS di lapangan.
3. Dengan demikian program PHBS dapat berjalan secara efektif dan efisien serta
diperlukan adanya dukungan positif dari semua pihak.
4. Selain itu, kebijakan Pusat Promosi Kesehatan saat ini baru melaksanakan
program PHBS di tatanan rumah tangga yang secara bertahap akan
dikembangkan pada tatanan lain. Daerah dapat mengembangkan sendiri untuk
melaksanakan program PHBS pada tatanan lain sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki.
5. Selamat bekerja, semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang
senantiasa memberikan kekuatan, petunjuk dan perlindunganNya kepada kita
semua dalam menjalankan tugas untuk membangun masyarakat Indonesia yang
sehat rohani dan jasmani. Amin.

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) DAN RUMAH TANGGA SEHAT (RTS)

PHBS dan RTS
Tony comara D
D III KEPERAWATAN STIKES PEMKAB JOMBANG


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Kebijakan Indonesia Sehat 2010 menetapkan tiga pilar utama yaitu lingkungan sehat, perilaku sehat dan pelayanan kesehatan bermutu adil dan merata. Untuk mendukung pencapaian visi Indonesia Sehat 2010 telah ditetapkan Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dengan Keputusan Menteri Kesehatan No.131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu subsistem dari SKN adalah subsistem Pemberdayaan Masyarakat. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan (Promkes) untuk mendukung upaya peningkatan perilaku sehat ditetapkan visi nasional Promkes sesuai Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.1193/MENKES/SK/X/2004 yaitu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat 2010 (PHBS 2010). Untuk melaksanakan program Promkes di daerah telah ditetapkan Pedoman Pelaksanaan Promkes di daerah dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI. No.1114/Menkes/SK/VIII/2005. Tujuan Promkes yaitu mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya yang ditandai oleh penduduk yang hidup dengan perilaku hidup bersih dan sehat dalam lingkungan yang sehat. 1
Ruang lingkup Promkes di Puskesmas Harapan Raya meliputi pembinaan Usaha Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM), pelaksanaan penyuluhan (dalam dan luar gedung), dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Peran serta Puskesmas Harapan Raya sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan khususnya tentang PHBS di wilayah kerja belum tampak atau masih kurang. Dari beberapa ruang lingkup kegiatan Promkes yang telah ditetapkan oleh Depkes RI tahun 1999 di Puskesmas Harapan Raya, PHBS merupakan salah satu ruang lingkup dari Promkes selalu dilupakan. Akibatnya, program PHBS tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh pemerintah. Hal ini dibuktikan dengan data profil PHBS Puskesmas Harapan Raya tahun 2007, dimana dari kelima sasaran PHBS, tatanan rumah tangga adalah sasaran PHBS yang memiliki persentase PHBS paling rendah (50.80%). Cakupan PHBS di tatanan lain, yaitu institusi pendidikan (84.7%), tempat umum yaitu tempat ibadah (31.25%), instansi kesehatan (78.57%), dan tempat kerja (80%).1,2
Hasil survei PHBS oleh Puskesmas Harapan Raya dalam tatanan rumah tangga mendapatkan rerata rumah tangga dengan klasifikasi IV (50.80%), klasifikasi III (46.37%), dan klasifikasi II (0.12%). Namun sejak tahun 2008, sistem klasifikasi tersebut sudah tidak digunakan lagi. Sistem penilaian terhadap PHBS rumah tangga yang digunakan saat ini adalah rumah tangga yang menerapkan PHBS dan rumah tangga yang tidak menerapkan PHBS. Suatu rumah tangga sudah dikatakan tidak menerapkan PHBS jika salah satu indikator PHBS rumah tangga tidak terpenuhi. Oleh sebab itu, maka kami dapat menyimpulkan bahwa hampir seluruh rumah tangga di wilayah kerja Puskesmas Harapan Raya Pekanbaru tidak menerapkan PHBS. Ini bertentangan dengan visi Indonesia Sehat 2010 yang salah satunya adalah 65% rumah tangga di Indonesia harus memenuhi persyaratan kesehatan.2
PHBS tatanan rumah tangga penting dilakukan untuk meningkatkan kesehatan keluarga. Ini bertujuan agar anak dapat tumbuh dengan sehat dan cerdas. Di samping itu, kemampuan bekerja setiap anggota keluarga meningkat, serta pengeluaran biaya rumah tangga dapat digunakan untuk pemenuhan gizi keluarga, pendidikan, dan peningkatan pendapatan. Bagi masyarakat, akan tercipta lingkungan yang sehat dan mampu mencegah serta menanggulangi masalah-masalah kesehatan. Rumah tangga sehat merupakan aset dan modal utama pembangunan di masa depan. Kesakitan dan kematian karena penyakit infeksi dan non infeksi dapat dicegah dengan berperilaku hidup bersih dan sehat.3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
2.1.1 Definisi
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan, dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat. Dalam PHBS juga dilakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment).4
PHBS pada tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar sadar, mau dan mampu melakukan PHBS untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah risiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat.5
PHBS tatanan institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan. PHBS tatanan tempat umum adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan tempat umum. PHBS tatanan pelayanan kesehatan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan pelayanan kesehatan. PHBS tatanan tempat kerja adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan tempat kerja.4,7





2.1.2 Faktor yang Mempengaruhi
Hal-hal yang mempengaruhi PHBS sebagian terletak di dalam diri individu itu sendiri, yang disebut faktor intern, dan sebagian terletak di luar dirinya yang disebut faktor ekstern (faktor lingkungan).
1. Faktor Internal
a. Keturunan
Seseorang berperilaku tertentu karena memang sudah demikianlah diturunkan dari orangtuanya. Sifat-sifat yang dimilikinya adalah sifat-sifat yang diperoleh dari orang tua atau neneknya dan lain sebagainya.
b. Motif
Manusia berbuat sesuatu karena adanya dorongan atau motif tertentu. Motif atau dorongan ini timbul karena dilandasi oleh adanya kebutuhan, yang oleh Maslow dikelompokkan menjadi kebutuhan biologis, kebutuhan sosial, dan kebutuhan rohani.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor-faktor yang ada di luar diri individu bersangkutan. Faktor-faktor ini mempengaruhi individu sehingga di dalam diri individu timbul unsur-unsur dan dorongan untuk berbuat sesuatu.8
a. Unsur-unsur perilaku bagi individu, meliputi pengertian atau pengetahuan tentang apa yang akan dilakukannya, keyakinan atau kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya, sarana yang diperlukan untuk melakukannya, serta dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya.8
b. Unsur-unsur perilaku bagi individu sebagai anggota kelompok, meliputi pengertian atau pengetahuan tentang apa yang akan dilakukannya, keyakinan atau kepercayaan tentang manfaat dan kebenaran dari apa yang dilakukannya, sarana yang diperlukan untuk melakukannya, dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang dirasakannya, serta norma atau dukungan kelompok bahwa apa yang akan dilakukan itu benar atau bisa diterima oleh kelompoknya.8


2.1.3 Manfaat
Perilaku hidup bersih dan sehat sangat banyak bermanfaat bagi penduduk Indonesia, yaitu:9,10
1. Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya dan tidak mudah sakit.
2. Rumah tangga sehat dapat meningkat produktivitas kerja anggota keluarga.
3. Dengan meningkatnya kesehatan anggota rumah tangga maka biaya yang tadinya dialokasikan untuk kesehatan dapat dialihkan untuk biaya investasi seperti biaya pendidikan dan usaha lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan anggota rumah tangga.
4. Salah satu indikator menilai keberhasilan Pemerintah Daerah Kabupaten /Kota di bidang kesehatan.
5. Meningkatkan citra pemerintah dalam bidang kesehatan.
6. Dapat menjadikan percontohan rumah tangga sehat bagi daerah lain.

2.1.4 Manajemen Pelaksanaan
Sasaran PHBS tatanan rumah tangga adalah seluruh anggota keluarga yaitu pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui, anak dan remaja, usia lanjut dan pengasuh anak. Indikator PHBS adalah suatu alat ukur untuk menilai keadaan atau permasalahan kesehatan. Indikator PHBS rumah tangga yang digunakan yaitu mengacu kepada standar pelayanan minimal bidang kesehatan ada sepuluh indikator, yaitu:11
1. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan
Adalah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan, dan tenaga para medis lainnya). Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan menggunakan peralatan yang aman, bersih, dan steril sehingga mencegah terjadinya infeksi dan bahaya kesehatan lainnya.
2. Memberi bayi ASI ekslusif
Adalah bayi usia 0-6 bulan hanya diberi ASI saja tanpa memberikan tambahan makanan atau minuman lain. ASI adalah makanan alamiah berupa cairan dengan kandungan gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi, sehingga bayi tumbuh dan berkembang dengan baik. ASI pertama berupa cairan bening berwarna kekuningan (colostrums), sangat baik untuk bayi karena mengandung zat kekebalan terhadap penyakit.
3. Menimbang bayi dan balita
Penimbangan bayi dan balita dimaksudkan untuk memantau pertumbuhannya setiap bulan. Penimbangan bayi dan balita dilakukan mulai umur 1 bulan sampai 5 tahun di posyandu. Dengan demikian dapat diketahui apakah balita tumbuh sehat atau tidak dan mengetahui kelengkapan imunisasi serta bayi yang dicurigai menderita gizi buruk.
4. Menggunakan air bersih
Air adalah kebutuhan dasar yang diperlukan sehari-hari untuk minum, memasak, mandi, berkumur, membersihkan lantai, mencuci alat-alat dapur dan sebagainya agar kita tidak terkena penyakit atau terhindar dari sakit. Rumah tangga yang memiliki akses terhadap air bersih adalah rumah tangga yang sehari-harinya memakai air minum yang meliputi air dalam kemasan, ledeng, pompa, sumur terlindung, serta mata air terlindung yang berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotor air limbah.
5. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun
Manfaat mencuci tangan dengan sabun adalah membunuh kuman penyakit yang ada di tangan, mencegah penularan penyakit diare, kolera, disentri, tifus, cacingan, penyakit kulit, Infeksi Saluran Pernafasan Akut, flu burung atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) serta tangan mejadi bersih dan bebas dari kuman.
6. Menggunakan jamban sehat
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit pembuangan kotoran dan air untuk membersihkannya. Jamban cemplung digunakan untuk daerah yang sulit air, sedangkan jamban leher angsa digunakan untuk daerah yang cukup air dan daerah padat penduduk.



7. Memberantas jentik di rumah
Rumah bebas jentik adalah rumah tangga yang setelah dilakukan pemeriksaan jentik secara berkala tidak terdapat jentik nyamuk. Pemeriksaan jentik berkala adalah pemeriksaan tempat-tempat perkembangbiakan nyamuk (tempat-tempat penampungan air) yang ada dalam rumah seperti bak mandi atau WC, vas bunga, tatakan kulkas dan lain-lain. Hal yang dilakukan agar rumah bebas jentik adalah melakukan 3 M plus (menguras, menutup, mengubur plus menghindari gigitan nyamuk).
8. Makan buah dan sayur setiap hari
Makan sayur dan buah sangat penting karena sayur dan buah mengandung vitamin dan mineral yang mengatur pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh serta mengandung serat yang tinggi. Konsumsi sayur dan buah yang tidak merusak kandungan gizinya adalah dengan memakannya dalam keadaan mentah atau dikukus. Merebus dengan air akan melarutkan beberapa vitamin dan mineral dalam sayur dan buah tersebut. Pemanasan tinggi akan menguraikan beberapa vitamin seperti vitamin C.
9. Melakukan aktivitas fisik
Aktivitas fisik adalah melakukan pergerakan anggota tubuh yang menyebabkan pengeluaran tenaga yang sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang hari. Aktivitas fisik yang dapat dilakukan antara lain kegiatan sehari-hari yaitu berjalan kaki, berkebun, mencuci pakaian,mencuci mobil dan turun tangga. Selain itu kegiatan olahraga seperti push up, lari ringan, bermain bola, berenang, senam, fitness, dapat juga dilakukan sebagai aktifitas fisik.
10. Tidak merokok di dalam rumah
Tidak merokok adalah penduduk 10 tahun keatas yang tidak merokok selama 1 bulan terakhir. Perokok terdiri atas perokok aktif dan perokok pasif. Bahaya perokok aktif dan perokok pasif adalah dapat menyebabkan kerontokan rambut, gangguan pada mata seperti katarak, kehilangan pendengaran lebih awal disbanding bukan perokok, menyebabkan penyakit paru-paru kronis, merusak gigi, stroke, kanker kulit, kemandulan, impotensi, kanker rahim dan keguguran.
Dari sepuluh indikator PHBS di atas maka akan didapatkan empat klasifikasi rumah tangga yang menjalankan PHBS. Menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2007 klasifikasi tersebut sebagai berikut6,7,8 :
1. Klasifikasi I (warna merah) : jika melakukan 1 sampai dengan 3 dari 10 indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga.
2. Klasifikasi II (warna kuning): jika melakukan 4 sampai dengan 5 dari 10 indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga.
3. Klasifikasi III (warna hijau) : jika melakukan 6 sampai dengan 7 dari 10 indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga.
4. Klasifikasi IV (warna biru) : Klasifikasi III + ikut dana sehat
Klasifikasi penilaian PHBS menurut Dinas Kesehatan Republik Indonesia tahun 2008 mengalami perubahan, dimana jika salah satu indikator PHBS tidak terpenuhi, maka tatanan tersebut dinyatakan tidak menjalankan PHBS.
PHBS tatanan pendidikan adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Sasaran pembinaan PHBS di sekolah adalah siswa, warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan sekolah, komite sekolah dan orang tua siswa), dan masyarakat lingkungan sekolah (penjaga kantin, satpam, dan lain-lain).7
PHBS tatanan tempat umum adalah upaya untuk memberdayakan masyarakat pengunjung dan pengelola tempat-tempat umum agar tahu, mau dan mampu untuk mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam mewujudkan tempat umum sehat. Sasaran PHBS di tempat umum adalah masyarakat pengunjung atau pembeli, pedagang, petugas kebersihan atau keamanan pasar, konsumen, pengelola dan pramusaji, jamaah, pemelihara atau pengelola tempat ibadah, remaja tempat ibadah, penumpang, awak angkutan umum dan pengelola angkutan umum.Indikator tempat umum adalah sarana ibadah, sarana pariwisata, rumah makan, pelabuhan dan sarana bisnis.7
PHBS tatanan tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Tujuan PHBS tatanan tempat kerja yaitu mengembangkan PHBS di tempat kerja, meningkatkan produktivitas kerja, menciptakan lingkungan kerja yang sehat, menurunkan angka absensi tenaga kerja, menurunkan angka penyakit akibat kerja dan lingkungan kerja serta memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan kerja dan masyarakat.7
PHBS tatanan instansi kesehatan sangat diperlukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah penularan penyakit dan mewujudkan institusi kesehatan sehat. Sasaran PHBS tatana institusi kesehatan adalah pasien, keluarga pasien, pengunjung, petugas kesehatan di institusi kesehatan dan karyawan di institusi kesehatan.7
Kabupaten/Kota dikoordinasikan melalui tiga sentra, yaitu Puskesmas, Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Puskesmas merupakan pusat kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di tingkat kecamatan dengan sasaran baik individu yang datang ke Puskesmas maupun keluarga dan masyarakat di wilayah Puskesmas. Rumah Sakit bertugas melaksanakan promosi kesehatan dan PHBS kepada individu dan keluarga yang datang ke Rumah Sakit. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaksanakan promosi kesehatan untuk mendukung promosi kesehatan dan PHBS yang dilaksanakan oleh Puskesmas dan Rumah Sakit serta sarana pelayanan kesehatan lainnya yang ada di Kabupaten/Kota. Penanggung jawab dari semua kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di daerah adalah Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota harus dapat mengkoordinasikan dan menyusun kegiatan promosi kesehatan dan PHBS di wilayahnya dengan melibatkan sarana-sarana kesehatan yang ada di Kabupaten/Kota tersebut.4,9
Program PHBS secara operasional dilaksanakan di Puskesmas oleh petugas promosi kesehatan Puskesmas dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait dengan sasaran semua keluarga yang ada di wilayah Puskesmas. Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui penerapan fungsi-fungsi menejmen secara sederhana untuk memudahkan petugas promosi kesehatan atau petugas lintas program di Puskesmas dalam pelaksanaan program PHBS di Puskesmas. Manajemen PHBS di Puskesmas dilaksanakan melalui empat fungsi tahapan Manajemen sesuai kerangka konsep sebagai berikut :4,9
1. Pengkajian
2. Perencanaan
3. Pemantauan dan penilaian
4. Penggerakan dan pelaksanaan
Pengkajian dilakukan terhadap masalah kesehatan, masalah perilaku (PHBS) dan sumber daya. Luaran pengkajian adalah pemetaan masalah PHBS yang dilanjutkan dengan rumusan masalah. Perencanaan berbasis data akan menghasilkan rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal kegiatan. Penggerakan pelaksanaan merupakan inplementasi dari intervensi masalah terpilih yang penggerakannya dilakukan oleh petugas promosi kesehatan, sedangkan pelaksanaannya bisa oleh petugas promosi kesehatan atau lintas program dan lintas sektor terkait.9
Pemantauan dilakukan secara berkala dengan menggunakan format pertemuan bulanan, sedangkan penilaian dilakukan pada enam bulan pertama atau akhir tahun berjalan. Dalam setiap tahapan manajemen tersebut petugas promosi kesehatan tidak mungkin bisa bekerja sendiri, tetapi harus melibatkan petugas lintas program dan lintas sektor terkait terutama masyarakat itu sendiri. Secara singkat, tahapan manajemen PHBS di Puskesmas/Desa/Kelurahan dan luarannya adalah sebagai berikut :4










Tabel 2.1 Tahapan Manajemen Puskesmas
TAHAPAN MANAJEMEN OUTPUT
1. Pengkajian
• Pengkajian masalah kesehatan
• Pengkajian masalah PHBS
• Pemetaan wilayah
• Pengkajian sumber daya 10 penyakit terbanyak, pemetaan masalah PHBS pada tiap tatanan, masalah strata kesehatan tatanan dan ketersediaan sumber daya
2. Perencanaan Rumusan tujuan, rumusan intervensi dan jadwal kegiatan
3. Penggerakan dan Pelaksanaan
Daftar kegiatan dan penanggung jawab masing-masing kegiatan dan intervensi masalah PHBS terpilih
4. Pemantauan dan Penilaian Evaluasi dan penilaian hasil kegiatan
melalui kunjungan rumah.

2.2. Kegiatan Sosialisasi PHBS pada Program Promkes
Perilaku adalah sesuatu yang rumit. Perilaku tidak hanya menyangkut dimensi kultural yang berupa sistem nilai dan norma, melainkan juga dimensi ekonomi, yaitu hal-hal yang mendukung perilaku, maka promosi kesehatan dan PHBS diharapkan dapat melaksanakan strategi yang bersifat paripurna (komprehensif), khususnya dalam menciptakan perilaku baru. Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu9 :
1. Gerakan Pemberdayaan
Pemberdayaan adalah proses pemberian informasi secara terus-menerus dan berkesinambungan mengikuti perkembangan sasaran, serta proses membantu sasaran agar sasaran tersebut berubah dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek knowledge), dari tahu menjadi mau (aspek attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan perilaku yang diperkenalkan (aspek practice). Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat. Bilamana sasaran sudah akan berpindah dari mau ke mampu melaksanakan, boleh jadi akan terkendala oleh dimensi ekonomi. Dalam hal ini kepada yang bersangkutan dapat diberikan bantuan langsung, tetapi yang seringkali dipraktikkan adalah dengan mengajaknya ke dalam proses pengorganisasian masyarakat (community organisation) atau pembangunan masyarakat (community development). Untuk itu sejumlah individu yang telah mau, dihimpun dalam suatu kelompok untuk bekerjasama memecahkan kesulitan yang dihadapi. Tidak jarang kelompok ini pun masih juga memerlukan bantuan dari luar (misalnya dari pemerintah atau dari dermawan). Disinilah letak pentingnya sinkronisasi promosi kesehatan dan PHBS dengan program kesehatan yang didukungnya. Hal-hal yang akan diberikan kepada masyarakat oleh program kesehatan sebagai bantuan,hendaknya disampaikan pada fase ini, bukan sebelumnya. Bantuan itu hendaknya juga sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat.
2. Bina Suasana
Bina suasana adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan. Seseorang akan terdorong untuk mau melakukan sesuatu apabila lingkungan sosial dimana pun ia berada (keluarga di rumah, orang-orang yang menjadi panutan/idolanya, kelompok arisan, majelis agama, dan lain-lain, dan bahkan masyarakat umum) menyetujui atau mendukung perilaku tersebut. Oleh karena itu, untuk mendukung proses pemberdayaan masyarakat,khususnya dalam upaya meningkatkan para individu dari fase tahu ke fase mau, perlu dilakukan bina suasana. Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana, yaitu :
a. Pendekatan Individu
b. Pendekatan Kelompok
c. Pendekatan Masyarakat Umum





3. Advokasi
Advokasi adalah upaya atau proses yang strategis dan terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait (stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini bisa berupa tokoh masyarakat formal yang umumnya berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Juga dapat berupa tokoh-tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain-lain yang umumnya dapat berperan sebagai penentu kebijakan (tidak tertulis) di bidangnya dan atau sebagai penyandang dana non pemerintah.
Perlu disadari bahwa komitmen dan dukungan yang diupayakan melalui advokasi jarang diperoleh dalam waktu singkat. Pada diri sasaran advokasi umumnya berlangsung tahapan-tahapan, yaitu (1) mengetahui atau menyadari adanya masalah, (2) tertarik untuk ikut mengatasi masalah, (3) peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan berbagai alternatif pemecahan masalah, (4) sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah, dan (5) memutuskan tindak lanjut kesepakatan. Dengan demikian, maka advokasi harus dilakukan secara terencana, cermat, dan tepat. Bahan-bahan advokasi harus disiapkan dengan matang, yaitu :4
a. Sesuai minat dan perhatian sasaran advokasi
b. Memuat rumusan masalah dan alternatif pemecahan masalah
c. Memuat peran serta sasaran dalam pemecahan masalah
d. Berdasarkan kepada fakta atau evidence-based
e. Dikemas secara menarik dan jelas
f. Sesuai dengan waktu yang tersedia.








2.3. Kerangka Kegiatan Peningkatan Mutu
Metode yang digunakan pada proyek peningkatan mutu ini melalui metode Plan, Do, Check, and Action (PDCA cycle) yang didasari atas masalah yang dihadapi (problem faced) ke arah penyelesaian masalah (problem solving).
Ada beberapa tahap yang dilakukan pada PDCA:
1. Plan
a. Mengidentifikasi output pelayanan, siapa pelanggannya dan harapan pelanggan tersebut melalui analisis suatu proses tertentu.
b. Mendeskripsikan proses yang dianalisis saat ini
• Pelajari proses dari awal hingga akhir, identifikasi siapa saja yang terlibat dalam proses tersebut
• Teknik yang digunakan : brainstorming.
c. Mengukur dan menganalisis situasi tersebut
• Menemukan data apa yang dikumpulkan dalam proses tersebut
• Bagaimana mengolah data tersebut agar membantu memahami kinerja dan dinamika proses
• Teknik yang digunakan : observasi
• Menggunakan alat ukur seperti kuisioner
d. Fokus pada peluang peningkatan mutu
• Pilih salah satu permasalahan yang akan diselesaikan.
• Kriteria masalah : menyatakan efek atas ketidakpuasan, adanya gap antara kenyataan dengan yang diinginkan, spesifik, dapat diukur.
e. Mengidentifikasi akar penyebab masalah
• Menyimpulkan penyebab.
• Teknik yang digunakan : brainstorming.
• Alat yang digunakan : fishbone analysis Ishikawa.
f. Menemukan dan memilih penyelesaian
• Mencari berbagai alternatif pemecahan masalah.
• Teknik yang digunakan : brainstorming.



2. Do
a. Merencanakan suatu proyek uji coba
• Merencanakan sumber daya manusia, sumber dana, dan sebagainya.
• Merencanakan rencana kegiatan (plan of action).
b. Melaksanakan Pilot Project
Pilot project dilaksanakan dalam skala kecil dengan waktu relatif singkat (2 minggu).
3. Check
a. Evaluasi hasil proyek
• Bertujuan untuk efektifitas proyek tersebut
• Membandingkan target dengan hasil pencapaian proyek (data yang dikumpulkan dan teknik pengumpulan harus sama)
b. Membuat kesimpulan proyek
• Hasil menjanjikan namun perlu perubahan
• Jika proyek gagal, cari penyelesaian lain
• Jika proyek berhasil, selanjutnya dibuat rutinitas
4. Action
a. Standarisasi perubahan
• Pertimbangkan area mana saja yang mungkin diterapkan
• Revisi proses yang sudah diperbaiki
• Modifikasi standar, prosedur, dan kebijakan yang ada
• Komunikasikan kepada seluruh staf, pelanggan, supplier, atas perubahan yang dilakukan
• Lakukan pelatihan jika perlu
• Mengembangkan rencana yang jelas
• Dokumentasikan proyek
b. Memonitor perubahan
• Melakukan pengukuran dan pengendalian proses secara teratur

Rabu, 15 Juli 2009

ASKEP KELUARGA

ASKEP KELUARGA (contoh format)
by:Tony comara D
A. Pengkajian

I. Data Umum

1.Nama kk : Bapak KR (70 Th)

2.Alamat : Rowoasri , RT 2 , RW 7 , Rowokangkung , Lumajang

3.Pekerjaan kk : Tani

4.Pendidikan kk : SD

Jk

Hub dg KK

Umur

Pendidikan

Pekerjaan

Status kes

P

Istri ke 3

36

Smp

Ibu RT

Sehat

L

Anak

17

Smp

Masih sekolah

Sehat

P

Anak

11

Sd

Masih sekolah

Sehat

L

Anak

4

Belum sekolah

-

Sehat

Immunisasi

Lengkap +


Genogram (lihat cara membuat genogram )

Aturan : lebih tua sebelah kiri , umur anggota klg ditulis pada simbol laki-laki atau perempuan,tahun dan penyebab kematian ditulis disebelah simbol laki-laki atau perempuan

35

25



LAKI PEREMPUAN SERUMAH

MENIKAH

CERAI

ANAK KANDUNG

PISAH

KLIEN

ANAK KEMBAR

KLIEN

ANAK ANGKAT

MENINGGAL

ABORSI

6. type keluarga : keluarga inti

7.suku : jawa

8. Agama : islam

9.status social : Rp. 500.000,- per bulan . menurut keluaarga tidak cukup

10. rekreasi : menonton televisi, silaturohmi keluarga, kadang rekreasi di tempat terbuka

II. Riwayat Tahap Perkembangan

1. tahap perkemb.klg : keluarga dg anak usia remaja

2. tahap klg yang belum terpenuhi : tidak ada ug belum terpenuhi, namun tugas klg yg belum dapat dicapai saat ini adalah memberi figur yg baik bagi anakl remaja.

3. riwayat kesehatan keluarga : tdk ada peny keturunan, P. KR terkena bronkhitis kronik,

Sering kumat berobat ke dr swasta, bu KR sehat , pak

KR perokok, 1-2 batang perhari, anak tertua perokok

Juga ,

4. Riwayat kesehatan klg sebelumnya : 2 tahun sudah didiagnosis Bronkhitis kronik

III. Keadaan Lingkungan

1. Karakterisitik rumah :

luas rumah lebar 4 M , panjang 12 M , terdiri 2 kamar tidur, 1 musholla

1 km mandi dan wc ( tidak adaSeptik Thank) , ruang tamu, dan dapurnya memanfaatkan pojok

Dari lorong,

- type bangunan : lantai dari plester

- ventilasi : sinar matahari kurang masuk, jendela hanya 1 (0,75 x 1,2 M)

Jendela kamar tak ada karena mepet dg tetangga

- kebersihan ruang : banyak barang numpuk tak teratur , masak dg kayu bakar

- sumber air : dari PAM

- denah rumah

2. Karakteristik komunitas

Tetangga membantu berobat ke dokter praktik

Tengga dan sekitarnya peduli pada kesehatan pak KR

3. Interaksi dengan komunitas ]

Pengajian aktif, aktif kuimpul di masyarakat

4. Sistem pendukung keluarga

Yg merawat pak KR hanya istrinya saja, biaya minim, jarak rumah dengan puskesmas 500 meter, oleh karena sekarang lebih banyak berobat ke tabib

IV. Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi Keluarga

Musyawaroh, tapi kadang pak KR suka marah pada anaknya jika tidak patuh

2. Struktur Peran

Pak KR merasa tetap sebagai kepala keluarga dan ber TJ, meskipun sekarang sakit , bu KR menjual kerupuk untuk menopang kekurangan kebutuhan 15 .000/ perhari

3. Norma Keluarga

Menyesuaikan dengan nilai agama yg dianut dan norma yg ada, percaya penyakitnya bisa di obati, dan penyakitnya tidak ada hubunganny dengan guna-guna.

V. Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif

Pak Kr sering menegur anaknya jika diperingatklan ibunya tidak mau, saling menghormati antar anggota keluarga,

2. Fungsi Sosial

Keluarga mengajarkan agar berperilaku yang baik dengan tetannggga dan lingk. Sekitar , hidu berdampingna dan merasa tentram.

3. Fungsi Keperawatan Kesehatan

Jika sakit mencari bantuan ke pelayanan kesehatan terdekat, yang merawat pak KR saat ini bu KR, pemanfaatan yankes masih kurang karena pak KR tidak emmeiliki penghasilan tetap.

4. Fungsi reproduksi

Tidak ingin punya anak lagi, tidak ikut KB, hubungan suami istri masih, tetapi jarang sekali.

5. Fungsi Ekonomi

Penghasilannya tak menentu apalagi pak KR yang sakit, saat ini keluarga dicukupi dari penghasilan yang lain.

VI. Stress Dan Koping Keluarga

1. Stressor yang dimiliki

Sejak 6bulan yg lalu, sakit bronkhitisnya kumat, dan tidak dapat bekerja lagi, anak-anaknya butuh biaya u/ sekolah

2. Kemampuan keluarga Berespon thd stressor

Pasrah padak ondisiny sekarang, dianggap sebagai cobaaan dan berharap anak tertuanya bekerja lebih giat u/kebut. Keluarga

3. Strategi Koping yang dilakukan

Keluarga menerima ini apa adanya dan selalu melibatkan anak teruanya u/ pengambilan kepeutusan

4. Strategi adaptasi yang disfungsi

Sering marah pada anak tertuanya jika merokok terus dan dianjurkan mencari alternatif pengobatan lain.

VII. Pemeriksaan fisik

Sasaran terutama pada yang mempunyai maslah kesehatan (sakit) dengan metode Head to toe

VIII. Harapan Keluarga

Berharapmendapat bantuan seperti yang dikatakan oleh tetangganya , yaitu kartu sehat sehingga dapat berobat secara rutin di Puskesmas.

B. Diagnosis Keperawatan Keluarga

1. Analisa Data

Data (sign- symptom)

Masalah (P)

Penyebab (E)

Data subyek

- pak KR terkena Bronkhitis kronik sejak 2 tahun

- sejak 6 bulan kumat shg di rumah saja

Data obyektif

- lingkungan rumah kurang sehat : barang bertumpuk-tumpuk ,kotor , ventilasi kurang dll

- Hasilpmx fisik : …………………..

Resiko serangan berulang pada

P. KR

Lingk. Yg tidak adekuat

5 tugas

2. Rumusan Diagnosis Keperawatan

Resiko tinggi serangan berulang yang dialami oleh pak KR b/d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan atau (eteologi yang lain) ketidakmampuan keluarga merawat pakKR yang sedang saklit.

P (NANDA) yang b/d E (ketidakmampuan keluarga – sesuai 5 TUGAS KELUARGA) ,

sign /symptom takperlu ditulislagi

NO

KRITERIA

SKOR

BOBOT

JUML

1

2

3

4

SIFAT MASALAH

SKALA :

- TIDAK/KURANG SEHAT

- ANCAMAN

- KEADAAN SEJAHTERA

KEMUNGK. MAS DAPAT DIUBAH :

- MUDAH

- SEBAGIAN

- TIDAK DAPAT

POTENSI MAS. U/ DICEGAH

- TINGGI

- CUKUP

- RENDAH

MENONJOLNYA MASALAH

- BERAT, SEGERA

- ADA MASALAH TAPI TAK perlu SEGERA ditangani

- MASALAH TAK DIRASAKAN

3

2

1

2

1

0

3

2

1

2

1

0

1

2

1

1

?

?

?

?

PENENTUAN PRIORITAS SESUAI DENGAN SKALA :

  1. KRITERIA PERTAMA, PRIORITAS UTAMA PADA : TIDAK/ KURANG SEHAT KARENA PERLU TINDAKAN SEGERA
  2. KRITERIA KEDUA, MENGACU PD :

- PENGET DAN TEHNOLOGI U/ MENGATASI MAS KLG

- SUMBER DAYA KLG FISIK , KEUANGAN, TENAGA

- SUMEBR DAYA PERAWAT, : KAP (PENGET, AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR)

- SUMBER DAYA LINGK. : FASILITAS, ORGANISASI, DAN DUKUNGAN

  1. KRITERIA KETIGA

- KEPELIKAN MASALAH

- LAMANYA MASALAH

- TINDAKAN YG SEDANG DIJALANKAN

- KELOMPOK YG BERESIKO U/ DICEGAH AGAR TIDAK AKTUAL DAN PARAH

  1. KRITERIA KEEMPAT, PERSEPSI KLG THD MASALAHNYA

3. skoring penentuan prioritas DX keperawatan keluarga

contoh : RESIKO JATUH LANSIA DI KLG BAPAK Rr BD. KETIDAKMAMP[UAN MENYEDIAKAN LINGK. AMAN

No dx

Kriteria

Skor

Pembenaran

4. prioritas dx keperawatan

Prioritas

Dx kep

Skor

1

RESIKO JATUH LANSIA DI KLG BAPAK Rr BD. KETIDAKMAMP[UAN MENYEDIAKAN LINGK. AMAN

3 1/3

2


2 ½

3 dst


2 , DST

C. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

Nama KK : KR

Alamat : kd. Jajang

NO DX

TUJUAN

KRITERIA

STANDAR

INTERVENSI

1

Setelah dilakukan tindkep. Tidak tjd resiko serangan berulang pada pak KR selama di rumah

(boleh jangka pendek dan jk panjang )

KAP

Pengetahuan

Sikap

Psikomotor

Penget :

keluarga dapat menyebutkan …..

sikap :

klg mampu memutuskan u/menyediakan sarana yg aman …

psikomotor :

keluarga memodifikasi lingkungan sehat


Rencana tindakan (intervensi):

1. mendiskusikan ……..

2. menjelaskan ………

3. mengajarkan ……

4. bersama keluarga ………

5. dll

D. Implementasi dan evaluasi

Implementasi

Tanggal dan waktu

No dx

Implementasi

1 januari 2006

1

…………..

Rencana kegiatan pada askep keluarga yang berhub dg penkes memerlukan SAP

Format evaluasi formatif

Tanggal dan waktu

No dx

Evaluasi

1 januari 2006

1

S. klg mengatakkan bahwa masihkurang mengerti tentang …….

O. klg dapat menjawab pertanyaan ……,belum bisamenjawab pertanyaan tentang ……..

A. implementasi yg dilaks.dg metode cermah belum dimengertioleh klg , perlu metode lain….

P. berikan pendidikan ulang , dg metode lain….

Format evaluasi sumatif

Tanggal dan waktu

No dx

Evaluasi

1 januari 2006

1

S. klg mengatakkan bahwa masihkurang mengerti tentang …….

O. klg dapat menjawab pertanyaan ……,belum bisamenjawab pertanyaan tentang ……..

A. masalah belum teratasi

P. lanjutkan intervensi ,perlu bantuan LSM yang peduli akan kesehatan